Sabtu, Juni 06, 2009

Tertawa Harusnya Membudaya, Bukan Sesuatu Yang Terjadi Karena Dipaksakan, Apalagi Garing.

Itu Avant-Propos yang merangkap judul.

Badan meriang karena kebanyakan begadang. Hari ini gue ketiduran hampir sebelas jam. Dan bukan ketiduran lagi pastinya. Rencana mau balik ke kosan dan menikmati malam. Biar komputer sedang rusak, tapi yang penting bisa menyemarakkan kasur yang menurut gue paling nyaman itu.

Baru banget gue bangun tidur Iqi sms. Ujung-ujungnya ya sms gue pada jam 18:36:23 tertanggal 6 Juni 2009, yang berbunyi:
Oh, nitip makanan apapun lah Qi, yg ptg nasi. Tnx bgt.

Ke toilet, pas balik ketemu Bonggal, ngobrollah kita. Kebetulan gue lagi masak air maka gue tawarin dia kopi, tapi dia nggak mau. Jadinya gue tawarin dia susu, dan dia mau. Ya, sebaiknya anak grafis memang selalu sedia susu, karena menetralisir atau seenggaknya mengurangi racun yang masuk ke tubuh. Ah, menunggu air mendidih, gue ngeluarin gelas dari loker, tak lupa sambil kami mengobrol dengan kesibukan sampingannya sendiri.

Menurut takaran di pouch susu itu, satu pouch bisa untuk 5 gelas susu, tapi gue rasa gue dan Bonggal agak sedikit serakah. Dua gelas untuk kami berdua dan apa yang tersisa hanya tinggal sekitar 1/5 volume awal.

Air dituang. Diaduk. Tapi nggak bisa langsung diminum. Nyante lah. Lima menit kemudian: "Wah, bwajingan 'i! Nduweku manis banget 'e. Yen aku we semene wis manis opo meneh sing kowe."

Itu dia Bonggal. Apa yang dia maksud adalah, susu yang dia buat itu udah manis banget (jelas, volume air dengan susu aja nggak sepadan), apalagi punya gue. Yang tentu saja lebih banyak dari dia. Tapi, iyakah?

"Hmm, enak."

"Wah, 'po iyo? Wah, yen aku pancen 'ra seneng yen legi banget. Mbleneg!"

Nggak lama Iqi datang. Ternyata Bonggal pun menitip makanan. Gue bayar, Bonggal bayar, Iqi ngasih kembalian, dan makanlah kita. Tidak lama Magi datang dan makan pula dia. Kami makan sambil lagi-lagi tertawa, menertawakan diri sendiri dan orang lain. Hari ini jarang ditemukan orang tertawa, jadi mumpung sempat kami yang menertawakan mereka, tertawa untuk mereka, dan tertawa pada mereka.

Dan waktu gue liat note kapur yang gue tinggalin kemarin, ternyata bunyinya udah berubah, dari yang tadinya:

Boleh gagal tapi jangan lupa dibersihin lagi! Jangan kebiasaan nyisain tinta!

menjadi

Boleh gagal tapi jangan lupa dibersihin lagi! Jangan kebiasaan nyisain cinta!

Oke juga tuh...

Jangan paksa kami melakukan hal yang akan kami sesali.
Karena setiap detik dalam hidup ini merupakan garis demarkasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar