Senin, April 19, 2010

Cara Berbicara dan Membicarakan


Beberapa detik yang lalu, entah kenapa gue merasa nyaman berada di lingkungan Seni Rupa ini. Nggak pengen lepas. Tapi gue tau dari pertama gue memasuki ruangan ini, suatu saat gue harus cabut. Nggak berarti sekedar "cabut" yang dilontarkan bocah-bocah untuk menandakan dia akan segera pergi dari hadapan kalian. Yang ini agak berlebihan. Buat beberapa orang bisa berkesan sentimentil bahkan.

Tapi, toh kita nanti bisa ketemu lagi. Direncanakan ataupun nggak.

Dan lalu, apa yang gue tinggalkan selagi peran gue belum sepenuhnya memudar. Selagi waktu gue belum sebegitu habisnya untuk dijadikan contoh, yang toh tidak juga sempurna. Gue pengen berbagi cara kerja gue untuk kesempatan yang terakhir kali. Karena setiap orang bisa menjadi seniman, karena setiap orang bisa tampil keren dalam segala sesuatu yang dilakukannya.

Apa yang gue inginkan sebenernya simpel. Gue cuma pengen membuat hal simpel jadi keren. Nyambung-nyambungin ke industri, bukannya itu peran industri? Membuat bahan mentah jadi bahan jadi, atau menambah guna suatu barang. Dan kalaupun industri itu adalah jasa, mungkin cukuplah kalau gue dianggap berjasa menjadi contoh yang baik. Kalau nggak pun, namanya juga manusia.

Tapi nggak lah ya. Kalo udah disertai usaha mana mungkin hasilnya jelek. Ya nggak?

Maafkan kalau teori Tabula Rasa-nya Pak Prim harus bekerja di kepala gue, menyebabkan gue terlupa akan banyak hal kecil yang terselip di pojokan otak. Tapi Bruce Banner mana menginginkan Betty Ross hilang dari akal pikirannya?

Sudah saatnya gue bertanggung jawab terhadap kata-kata gue. Sudah saatnya gue mengeluarkan catatan lama dari laci. Seharusnya tidak ada kata selamat tinggal, karena "keluarga" tetap "keluarga" untuk selamanya.